Sponsers

Website counter

Sabtu, 13 Juni 2009

Adolf Hitler

Posted by Orang-orang bersejarah 19.52, under | 1 comment

Kelahiran 20 April 1889
Meninggal 30 April 1945
Partai Politik Nazi
Jabatan Politik

* Führer (Pemimpin) NSDAP (1921-1945)* Reichskanzlier Jerman (1933-1945)* Führer und Reichskanzler (kepala negara) Jerman (1934-1945)

Adolf Hitler (lahir 20 April 1889 – wafat 30 April 1945 pada umur 56 tahun) adalah Kanselir Jerman dari tahun 1933 dan Führer (Pemimpin) (Reich ketiga) Jerman sejak 1934 hingga ia meninggal. Pada 2 Agustus 1934, ia menjadi diktator Jerman setelah Presiden Von
Hindenburg meninggal. Ia menyatukan jabatan kanselir dan presiden menjadi Führer sekaligus menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman. Ia juga seorang Ketua Partai Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau Nationalsozialistische Deutsche
Arbeiterpartei/NSDAP) yang dikenal dengan Nazi. Nazi secara resmi dibubarkan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II yang besar karena sistem kediktatoran Hitler. Hitler seorang orator yang berkharisma, Hitler merupakan salah satu pemimpin yang paling berpengaruh di dunia.

Ketika Perang Dunia II akan berakhir, Hitler bunuh diri di bunker bawah tanah-nya di Be
rlin bersama istrinya yang dinikahinya belum lama di dalam bunker, Eva Braun.
Daftar isi

* 1 Masa kecil
* 2 Awal masa dewasa
* 3 Perang Dunia I
* 4 Nazi
* 5 Masa pemerintahan
* 6 Hitler dan Teori Darwin
* 7 Perang Dunia II dan Kejatuhan
* 8 Pranala luar

Masa kecil

Adolf Hitler dilahirkan di Gasthof zum Pommer, sebuah penginapan di Braunau am Inn, Austria, dekat Jerman pada 20 April 1889 sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Ayah Adolf Hitler, Alois Hitler (1837–1903), merupakan seorang pegawai kantor bea cukai. Sedangkan ibunya, Klara Pölzl (1860–1907), adalah istri ketiga Alois. Keluarga Hitler berpindah pindah dari Braunau am Inn ke Passau, Lambach, Leonding, dan Linz. Hitler kecil merupakan pelajar yang baik pada waktu bersekolah pada sekolah menengah pertama (elementary school). Namun pada kelas enam, tahun pertamanya di sekolah menengah atas (high school), ia gagal dan harus mengulang kelas. Hitler kelak menyatakan bahwa kegagalan itu disebabkan pemberontakan atas ayahnya, yang menginginkan Adolf Hitler mengikutinya berkarir sebagai pegawai bea cukai. Adolf Hitler berkeinginan menjadi seorang pelukis dibandingkan mengikuti jejak ayahnya. Setelah Alois meninggal pada 3 Januari 1903, tidak ada perkembangan berarti dalam pendidikannya di sekolah. Pada usia 16, ia keluar dari sekolah tanpa gelar apapun.

Awal masa dewasa

Dari tahun 1905, Hitler menjalani kehidupan Bohemian di Wina dengan dukungan dari ibunya. Ia ditolak dua kali oleh Akademi Seni Wina (1907–1908). Pada 21 Desember 1907, ibu Hitler meninggal karena kanker payudara pada usia 47 tahun. Diperintahkan oleh pengadilan Linz, Hitler memberikan bagiannya atas pensiun ayahnya (sebagai anak yatim) kepada saudara perempuannya Paula. Ketika dia berumur 21, ia memperoleh warisan dari seorang bibinya. Hitler berjuang sebagai pelukis di Wina, menyalin gambar dari kartu pos dan menjual lukisannya pada turis. Setelah ditolak untuk kedua kalinya pada sekolah seni, Hitler kehabisan uang. Pada 1909, ia hidup di penampungan untuk tunawisma. Hitler menerima bagian terakhir dari kekayaan ayahnya pada bulan Mei 1913 dan pindah ke Munich. Kepindahan Hitler ke Munich juga membantunya menghindar dari wajib militer di Austria tetapi tentara Austria akhirnya berhasil menangkapnya. Setelah pemeriksaan fisik, Hitler dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk menjalani wajib militer dan diizinkan kembali ke Munich. Tetapi, ketika Jerman memasuki kancah Perang Dunia I pada Agustus 1914, Hitler mengajukan petisi kepada Raja Ludwig III Bavaria untuk mengizinkannya bertugas dalam resimen Bavaria. Petisi ini dikabulkan, dan Adolf Hitler tercatat dalam ketentaraan Bavaria.

Perang Dunia I

Hitler bertugas di Perancis dan Belgia dalam Resimen Cadangan Ke-16 Bavaria, mengakhiri perang sebagai Gefreiter (setara dengan prajurit kepala dalam ketentaraan Inggris dan Amerika pada waktu itu). Ia terlibat dalam sejumlah pertempuran besar di Front Barat, termasuk Pertempuran Ypres, Pertempuran Somme dan Pertempuran Passchendaele. Pertempuran Ypres (Oktober 1914), yang dikenal di Jerman sebagai Kindermord bei Ypern (Pembantaian atas Orang Tak Bersalah), mengorbankan sekitar 40.000 orang (antara sepertiga hingga setengah) dari sembilan infantri yang ada terbunuh dalam dua puluh hari, dan kompi Hitler sendiri berkurang dari 250 menjadi 42 orang pada Desember. Hitler dua kali memperoleh bintang jasa atas keberaniannya. Ia menerima bintang jasa Iron Cross, Kelas Kedua pada 1914 dan bintang jasa Iron Cross, Kelas Pertama pada 1918, sebuah kehormatan yang jarang diterima oleh seorang Gefreiter. Namun karena staf resimen berpikir Hitler kurang memiliki kecakapan memimpin, ia tidak pernah dipromosikan menjadi Unteroffizier (setara kopral Inggris). Sejarahwan yang lain mengatakan ia tidak dipromosikan karena ia bukan berkewarganegaraan Jerman. Pada 15 Oktober 1918, Hitler dikirim ke rumah sakit lapangan, karena mengalami kebutaan sementara akibat serangan gas mustard.

Nazi

Hitler kemudian berkecimpung secara langsung dalam politik dan menjadi pengurus Partai Buruh Jerman (bahasa Jerman: Deutsche Arbeiterpartei/DAP) pada bulan Juli 1921. Hitler menggunakan kebolehan berpidatonya untuk menjadi ketua partai. Dia kemudian menukar nama DAP menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau partai Nazi.

Pada tahun 1929 NSDAP menjadi pemenang mayoritas dalam pemilihan umum di kota Coburg, dan kemudian memenangi pemilu daerah Thüringen. Presiden Jerman masa itu, Paul von Hindenburg akhirnya melantik Hitler sebagai Kanselir.

Masa pemerintahan

Pada masa pemerintahannya sebelum Perang Dunia II. Hitler memerintah dengan menetapkan pemerataan ekonomi, meningkatkan lapangan pekerjaan dan sarana sarana umum serta proyek-proyek umum. Salah satu sumbangannya dalam dunia otomotif adalah usulannya untuk membuat kenderaan murah yang dijangkau oleh rakyat Jerman yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk mobil Volkswagen (VW).

Pada Juni 1934, di malam yang dikenali sebagai Malam Pisau Panjang (bahasa Jerman: Nacht der langen Messer) Hitler membunuh semua penentangnya dalam partai Nazi yakni Roehm dan para pemimpin SA (Sturm Abteilungen). Hitler juga menyalahkan komunisme dan Yahudi atas situasi ekonomi yang buruk dan berhasil meraih dukungan militer dengan melaksanakan politik pembangunan peralatan militer Jerman. Hitler menyalahkan, menyerang, dan membunuh orang komunis dan Yahudi karena Hitler memiliki dendam pada orang - orang komunis dan Yahudi. Dendam yang masa hidupnya.

Hitler dan Teori Darwin

Teori Darwin telah memasuki benak Hitler, bahkan meresap sampai ke tulang sumsum. Hal ini amat terasa dalam bukunya Mein Kampf (Perjuanganku). Ia menyamakan ras non-Eropa sebagai kera.

Dari dalam dirinya tumbuh ‘kekuatan’ yang mendapat inspirasi dari teori Darwin bahwa untuk mempertahankan hidup manusia harus bertarung. Ia menerjemahkan impiannya dengan menyerang Austria, Cekoslowakia, Perancis, Rusia, dll. Malah terbersit nafsu menguasai seluruh dunia. Ia mengadopsi konsep egenika yang menjadi dasar pijakan pandangan evolusionis Nazi. Egenika berarti ‘perbaikan’ ras manusia dengan membuang orang-orang berpenyakit dan cacat serta memperbanyak individu sehat. Sehingga menurut teori itu, ras manusia bisa diperbaiki dengan meniru cara bagaimana hewan berkualitas baik dihasilkan melalui perkawinan hewan yang sehat. Sedangkan hewan cacat dan berpenyakit dimusnahkan.

Tak lama setelah berkuasa, Hitler menerapkan teori itu dengan tangan besi. Orang-orang lemah mental, cacat, dan berpenyakit keturunan dikumpulkan dalam ‘pusat sterilisasi’ khusus. Karena dianggap parasit yang mengancam kemurnian rakyat Jerman dan menghambat kemajuan evolusi, maka atas perintah rahasianya, dalam waktu singkat mereka semua dibabat habis.

Masih dalam eforia teori evolusi dan egenika, Nazi menghimbau muda-mudi berambut pirang bermata biru yang diyakini mewakili ras murni Jerman supaya berhubungan seks tanpa harus menikah. Pada 1935, Hitler memerintahkan didirikannya ladang-ladang khusus reproduksi manusia. Di dalamnya tinggal para wanita muda yang memiliki ras Arya. Para perwira SS (Schutzstaffel) sering mampir ke sana buat mesum dengan dalih egenika. Para bayi yang lahir kemudian disiapkan menjadi prajurit masa depan ‘Imperium Jerman’.

Menurut Charles Darwin, karena ukuran tengkorak manusia membesar saat menaiki tangga evolusi, maka di seluruh Jerman dilakukan pengukuran buat membuktikan tengkorak bangsa Jerman lebih besar dari ras lain. Mereka yang tak sebesar ukuran resmi, begitupun yang gigi, mata, dan rambut di luar kriteria evolusionis langsung dihabisi.

Perang Dunia II dan Kejatuhan

Pada September 1939, Hitler menyerang Polandia dengan serangan taktik blitzkrieg (serangan darat, udara secara kilat) mencapai kejayaan yang mengejutkan musuh dan jenderalnya sendiri. Serangan terhadap Polandia menyebabkan musuh-musuhnya Inggris dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman, dengan itu dimulailah Perang Dunia II.

Pada masa Perang Dunia II, pihak Inggris dipimpin oleh Sir Winston Churchill yang menggantikan Arthur Neville Chamberlain yang jatuh akibat skandal serbuan Nazi ke Polandia 1939, Perancis yang dipimpin oleh Jendral Gamelin yang saat itu ditunjuk sebagai komando tertinggi sekutu gagal menahan serangan kilat Jerman ke Belgia dan Perancis, Perancis akhirnya dipimpin oleh Jenderal Charles de Gaulle yang memimpin pasukan perlawanan Perancis pada masa Pemerintahan Vichy, serta bantuan Amerika Serikat yang dipimpin Jendral Eisenhower sebagai panglima mandala di Eropa meskipun sebelumnya Amerika Serikat enggan terlibat pada perang yang sebelumnya dianggap sebagai perang Eropa itu.
Adolf Hitler
Kelahiran 20 April 1889
Meninggal 30 April 1945
Partai Politik Nazi
Jabatan Politik

* Führer (Pemimpin) NSDAP (1921-1945)
* Reichskanzlier Jerman (1933-1945)
* Führer und Reichskanzler (kepala negara) Jerman (1934-1945)

Setelah lama berperang dan setelah mengalami kekalahan di setiap medan pertempuran, Hitler menyadari bahwa kekalahan sudah tidak dapat dielakkan. Awal kekalahan Hitler adalah saat menggempur Kota Kursk Uni Soviet dengan Operasi Citadel, kekuatan Jerman terdiri dari 800.000 infanteri, 2.700 tank lapis baja, 2.000 pesawat tempur dan dipimpin oleh Jenderal Erich Von Manstein dan Jenderal Walther Models sedangkan kekuatan Uni Soviet terdiri dari 1.300.000 infanteri, 3.600 tank, dan 2.400 pesawat tempur. Rencana serangan ini telah diketahui secara detail oleh intelejen Uni Soviet yang berada di Switzerland. Stalin pun langsung memerintahkan tentaranya untuk membangun pertahanan kuat di kawasan Kursk. Di pertempuran inilah banyak sekali tank - tank andalan Jerman dan Uni Soviet hancur, diantaranya Tank Tiger, Panther, Elefant (Jerman) dan Tank T-34, SU -152, dan KV -1. Jerman mengalami pukulan mematikan di Stalingrad serta Serangan pukulan sekutu di Normandia dan gagal dalam Ardennes Offensive, yaitu serangan balasan yang dilakukan tentara jerman atau Wehrmacht dan beberapa divisi panzer yang masih tersisa dipimpin Jenderal Mantauffel pada saat musim salju untuk merebut kembali Kota Antwerp di Belgia. Serangan ini berlangsung secara terseok - seok dan berakhir gagal karena kurangnya pasokan logistik dan bahan bakar untuk Panzer dari Jerman sehingga banyak panzer yang masih "Fresh from the Oven" seperti tank Tiger dan Panther teronggok di pinggir jalan karena kehabisan solar.

Hitler yang menyadari kejatuhannya sudah dekat kemudian mengawini wanita simpanannya Eva Braun, kemudian bunuh diri bersama-sama pada 30 April 1945. Jasadnya dibakar agar tidak jatuh ke tangan musuh.

Sabtu, 06 Juni 2009

Susilo Bambang Yudhoyono

Posted by Orang-orang bersejarah 20.30, under | 3 comments




Jenderal (TNI) (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono adalah mantan pensiunan TNI dan Presiden Indonesia ke-6 yang terpilih dalam pemilihan umum yang untuk pertama kalinya di Indonesia dipilih langsung oleh rakyat. Yudhoyono menang dalam pemilu presiden September 2004 melalui dua tahapan pemilu presiden Indonesia atas kandidat Presiden Megawati Sukarnoputri. Ia mulai menjabat pada 20 Oktober 2004 bersama Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden.



Biodata
Panggilan: SBY
Kelamin: Laki-laki
Tmp/Tgl Lahir: Pacitan, Jawa Timur, 09 September 1949
Agama: Islam
Alamat Lengkap: Puri Cikeas
Bogor
Jawa Barat
Indonesia
Istri: Kristiani Herawati (Putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo)
Anak: 2 Anak
Masa Akhir Jabatan: October 2009
Riwayat Pendidikan

* Akademi Militer Nasional (1970-1973)
* MA dari Webster University AS
* Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976)
* Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare
* Training di Panama (1983)
* Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984)
* Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985)
* Seskoad di Bandung (1988-1989)
* Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991)
* Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
* Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.

Riwayat Jabatan

* Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
* Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
* Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
* Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
* Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
* Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
* Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
* Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
* Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
* Dosen Seskoad (1989-1992)
* Korspri Pangab (1993)
* Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
* Asops Kodam Jaya (1994-1995)
* Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
* Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
* Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
* Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
* Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
* Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
* Mentamben pada Kabinet Persatuan Nasional (sejak 26 Oktober 1999 - 23 Agustus 2000)
* Menko Polsoskam pada Kabinet Persatuan Nasional hasil Reshufle, 23 Agustus 2000 - 2001)
* Menko Polkam, Kabinet Gotong Royong, (2001 - 12 maret 2004 --mengundurkan diri)
* Presiden RI ke-6 (20 Oktober 2004 - Sekarang)


Penugasan

* Operasi Timor Timur (1979-1980), dan 1986-1988

Riwayat Hidup
Latar Belakang dan Keluarga
Keluarga Yudhoyono

Keluarga Yudhoyono

Ia lahir di Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari anak pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1979) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1982).

Agus adalah lulusan SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan wakil presiden Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat.
Penghargaan

* Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
* Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
* Satya Lencana Seroja, 1976
* Honor Graduate IOAC, USA, 1983
* Satya Lencana Dwija Sista, 1985
* Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
* Dosen Terbaik Seskoad, 1989
* Satya Lencana Santi Dharma, 1996
* Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
* Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
* Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
* Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
* Wing Penerbang TNI-AU, 1998
* Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
* Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
* Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
* Bintang Dharma, 1999
* Bintang Maha Putera Utama, 1999
* Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
* Bintang Asia (Star of Asia), 2005, oleh BusinessWeek
* Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama, 2006, oleh Sultan Brunei
* Doktor Honoris Causa, 2006, oleh Universitas Keio

Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah dicalonkan untuk menjadi penerima penghargaan Nobel perdamaian 2006 bersama dengan Gerakan Aceh Merdeka dan Martti Ahtisaari atas inisiatif mereka untuk perdamaian di Aceh.Tokoh
Susilo Bambang Yudhoyono
Jenderal (TNI) (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono adalah mantan pensiunan TNI dan Presiden Indonesia ke-6 yang terpilih dalam pemilihan umum yang untuk pertama kalinya di Indonesia dipilih langsung oleh rakyat. Yudhoyono menang dalam pemilu presiden September 2004 melalui dua tahapan pemilu presiden Indonesia atas kandidat Presiden Megawati Sukarnoputri. Ia mulai menjabat pada 20 Oktober 2004 bersama Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden.

NABI MUHAMMAD

Posted by Orang-orang bersejarah 20.19, under | 2 comments



Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-apa dan juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi oleh “berhala-berhala� yang sekarang telah berubah wujud tapi memiliki wujud “berhala� yang sama. Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia zaman itu, ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk dan haram, perampokan, pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan segala kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam situasi kemerosotan yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah (bani/kaum).



I. Kelahiran Sang Nabi




Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup memikulnya.

Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api “abadi� di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka’bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan “meletakkannya� ke dalam rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata – kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.

Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik – baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik – baik hingga kelahirannya.

Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi “gembala� domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “ Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.� Orang bertanya kepada Nabi,� Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?� Beliau menjawab,� Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.�

Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai “orang jujur� (al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.

Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang kita dapatkan.� Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.

Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, “Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.



II. Pernikahan



Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai berikut:

“Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa!� Apakah anda akan menyambut dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ?� Nabi menjawab,�Apa maksud Anda?� Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata,� Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda?� Nafsiah berujar “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (‘Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat diselenggarakan".

Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad bin ‘Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah permanen".

Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda.� Upacara pun dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.

Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.

Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding ka’bah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam pembangunan kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.� Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu adalah salah.

Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding ka’bah telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,�Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.� (buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!�

Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah.

Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia ‘ilahi’. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.

Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut “sahabat karib�-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata,� disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.



III. Diangkat Menjadi Rasul



Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya alam semesta berguncang. Al-Qur’an, susunan kalimatnya yang mengandung makna yang banyak telah membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya, yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya secara berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung Hira’. Al-Amin telah mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha berat ini, Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai berikut

“Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya�.

Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.

Muhammad, pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia memohonkan syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.

Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua Hira menuju rumah “Khodijah�. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya,�Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibril�. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah ‘Ali.

Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,� Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). “Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?�.

Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali, remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan mantap,� Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.� Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali ‘Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata,� Pemuda ini adalah saudara, washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".

Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di hari-hari awal kenabian Muhammad memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.

Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran ‘Ali. Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.

Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat Abu Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib membuka pembicaraan dengan berkata,� Wahai Abu Tholib! Muhammad mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya…�.

Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,“ Para sesepuh anda datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.� Nabi menjawab,� Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa Arab dan menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka.� Abu Jahal bangkit sambil berkata, “ Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya.� Nabi menjawab,� Kalian harus mengakui keesaan Tuhan.� Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata,� Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?�

Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,

“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,’Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.’ Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.�

Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan – pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.

Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Qur’an, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman

“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain mengatakan,’ Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.�

Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syi’ib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga dan sahabatnya dari pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada saat kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan ‘Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang yang menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya,� Ayah, kemana Ibu?� Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, ‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.

Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an merujuk pada kejadian itu dengan kata-kata,

“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.

Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi ‘Ali. Kepadanya Nabi berkata,�Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus berhijrah ke Yastrib. ‘Ali menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.



IV. Hijrah



Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik itu. Mereka begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus mereka memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan suara gaduh. Serentak ‘Ali mengangkat kepalanya dari bantal dan menyingkirkan selimutnya lalu berkata dengan sangat tenag,�Apa yang terjadi ?� Mereka menjawab,�Kami mencari Muhammad. Di mana dia?� ’Ali berkata,� Apakah anda menitipkannya kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah.� Muhammad telah pergi jauh di luar pengetahuan mereka.

Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan ‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya ‘Ali dan rombongannya – diantaranya ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib – karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan ‘Ali berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah, majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang.� Ketika ‘Ali tiba di Quba, kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau. Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki ‘Ali membengkak, air mata Nabi menetes".

Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti menjadi nama Madinah - menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar ‘al-washi (‘Ali) dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya kepada Muawiyah, ‘Ali mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang saya yang saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah dan ‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji dalam setiap peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang Khandaq (parit) – disebut juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin ‘Abdiwad itu,� Nilai pengorbanan itu melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi aib dan terhina".



V. Benteng Khaibar



Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan ‘Umar memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para komandan Islam kecewa atas pernyataan ‘Umar ini.

Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi,� Dimanakah ‘Ali? “ Dikabarkan kepada beliau bahwa ‘Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi bersabda,� Panggil dia.� ‘Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah Nabi.� Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke mata ‘Ali seraya mendoakannya. Mata ‘Ali langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan ‘Ali maju, menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari ‘Ali melalui jalur khusus,� Saya mencabut pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan pada parit yang digali kaum Yahudi.� Seseorang bertanya kepadanya,� Apakah Anda merasakan beratnya?� ‘Ali menjawab,� Saya merasakannya sama berat dengan perisai saya.� Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga peristiwa yang menggembirakan, misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah di Makah. Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba melakukan rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.



VI. Fath Makkah



Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh tersebut.

Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.

Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan teriakan Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya

Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.

Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata “... Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!�

Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang. Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang –orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Ba’iat.

Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan besar berlanjut – semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “ Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?� Wahai orang-orang yang ikut bai’at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan, “Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!�

Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini – tidak bisa – tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.



VII. Haji Wada



Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan,�Labbaik, Allahumma labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu...� Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan – dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang – bergerak menuju satu arah. Medan ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu dalam pengabdian terhadap kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang membacakan hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa “penguasa� itu berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim, Ka’bah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud.

Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya. Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,�Tahukah kalian, bulan apa ini ?�

Mereka serentak menjawab,�Bulan Haram!� .....

...�Ayyuhan Nas, camkan baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya... Ayyuhan Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga kalian menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh, aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat, hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya.....�

Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan menggunakan pakaian yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang membedakannya adalah takwa.

Muhammad telah melaksanakan tugasnya, dan sekarang beliau berada di pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata kepada putrinya dengan suara pelan “Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur�.[Petikan dari laman. fatimah.org]

Jumat, 05 Juni 2009

Barack Obama

Posted by Orang-orang bersejarah 23.39, under | 3 comments




Barack Obama
Barack Obama

Incumbent
Assumed office
January 20, 2009
Vice President Joe Biden
Preceded by George W. Bush

In office
January 4, 2005 – November 16, 2008
Preceded by Peter Fitzgerald
Succeeded by Roland Burris

Member of the Illinois Senate
from the 13th district
In office
January 8, 1997 – November 4, 2004
Preceded by Alice Palmer
Succeeded by Kwame Raoul

Born August 4, 1961 (1961-08-04) (age 47)[1]
Honolulu, Hawaii[2]
Birth name Barack Hussein Obama II[2]
Nationality American
Political party Democratic
Spouse Michelle Obama (m. 1992)
Children Malia Ann (b.1998)
Natasha (Sasha) (b.2001)
Residence The White House
Alma mater Occidental College
Columbia University (B.A.)
Harvard Law School (J.D.)
Occupation Community organizer
Lawyer
Constitutional law professor
Author
Religion Christian,[3] former member of United Church of Christ[4][5]
Signature Barack Obama's signature
Website The White House
This article is part of a series about
Barack Obama


Barack Hussein Obama II (pronounced /bəˈrɑːk huːˈseɪn oʊˈbɑːmə/; born August 4, 1961) is the 44th and current President of the United States. He is the first African American to hold the office. Obama was the junior United States Senator from Illinois from January 2005 until November 2008, when he resigned after his election to the presidency.

Obama is a graduate of Columbia University and Harvard Law School, where he was the first African American president of the Harvard Law Review. He was a community organizer in Chicago before earning his law degree. He worked as a civil rights attorney in Chicago and also taught constitutional law at the University of Chicago Law School from 1992 to 2004.

Obama served three terms in the Illinois Senate from 1997 to 2004. Following an unsuccessful bid for a seat in the U.S. House of Representatives in 2000, Obama ran for United States Senate in 2004. His victory from a crowded field in the March 2004 Democratic primary raised his visibility, and his prime-time televised keynote address at the Democratic National Convention in July 2004 made him a rising star nationally in the Democratic Party. He was elected to the U.S. Senate in November 2004 by the largest margin in Illinois history.

He began his run for the presidency in February 2007. After a close campaign in the 2008 Democratic Party presidential primaries against Hillary Rodham Clinton, he won his party's nomination, becoming the first major party African American candidate for president. In the 2008 general election, he defeated Republican candidate John McCain and was inaugurated as president on January 20, 2009.

Contents

[hide]

Early life and career

Barack Obama was born at the Kapi'olani Medical Center for Women & Children in Honolulu, Hawaii, United States,[6] to Stanley Ann Dunham,[7] an American of mainly English descent from Wichita, Kansas,[8][9][10] and Barack Obama, Sr., a Luo from Nyang’oma Kogelo, Nyanza Province, Kenya. Obama's parents met in 1960 in a Russian language class at the University of Hawaii at Mānoa, where his father was a foreign student on scholarship.[11][12] The couple married on February 2, 1961,[13] and Barack was born later that year. His parents separated when he was two years old and they divorced in 1964.[12] Obama's father returned to Kenya and saw his son only once more before dying in an automobile accident in 1982.[14]

After her divorce, Dunham married Indonesian student Lolo Soetoro, who was attending college in Hawaii. When Suharto, a military leader in Soetoro's home country, came to power in 1967, all Indonesian students studying abroad were recalled and the family moved to the island nation.[15] From ages six to ten, Obama attended local schools in Jakarta, including Besuki Public School and St. Francis of Assisi School.

In 1971, he returned to Honolulu to live with his maternal grandparents, Madelyn and Stanley Armour Dunham, and attended Punahou School, a private college preparatory school, from the fifth grade until his graduation from high school in 1979.[16]

Obama's mother returned to Hawaii in 1972 and remained there until 1977, when she relocated to Indonesia to work as an anthropological field worker. She finally returned to Hawaii in 1994 and lived there for one year before dying of ovarian cancer.[17]

Right-to-left: Barack Obama and half-sister Maya Soetoro, with their mother Ann Dunham and grandfather Stanley Dunham, in Hawaii (early 1970s)

Of his early childhood, Obama recalled, "That my father looked nothing like the people around me—that he was black as pitch, my mother white as milk—barely registered in my mind."[18] He described his struggles as a young adult to reconcile social perceptions of his multiracial heritage.[19] Reflecting later on his formative years in Honolulu, Obama wrote: "The opportunity that Hawaii offered—to experience a variety of cultures in a climate of mutual respect—became an integral part of my world view, and a basis for the values that I hold most dear."[20] Obama has also written and talked about using alcohol, marijuana and cocaine during his teenage years to "push questions of who I was out of my mind".[21] At the 2008 Civil Forum on the Presidency in 2008, Obama identified his high-school drug use as his "greatest moral failure".[22]

Following high school, he moved to Los Angeles in 1979 to attend Occidental College.[23] After two years he transferred in 1981 to Columbia University in New York City, where he majored in political science with a specialization in international relations[24] and graduated with a B.A. in 1983. He worked for a year at the Business International Corporation[25][26] and then at the New York Public Interest Research Group.[27][28]

After four years in New York City, Obama moved to Chicago, where he was hired as director of the Developing Communities Project (DCP), a church-based community organization originally comprising eight Catholic parishes in Greater Roseland (Roseland, West Pullman and Riverdale) on Chicago's far South Side. He worked there as a community organizer from June 1985 to May 1988.[27][29] During his three years as the DCP's director, its staff grew from one to thirteen and its annual budget grew from $70,000 to $400,000. He helped set up a job training program, a college preparatory tutoring program, and a tenants' rights organization in Altgeld Gardens.[30] Obama also worked as a consultant and instructor for the Gamaliel Foundation, a community organizing institute.[31] In mid-1988, he traveled for the first time to Europe for three weeks and then for five weeks in Kenya, where he met many of his paternal relatives for the first time.[32] He returned in August 2006 in a visit to his father's birthplace, a village near Kisumu in rural western Kenya.[33]

Obama entered Harvard Law School in late 1988. He was selected as an editor of the Harvard Law Review at the end of his first year,[34] and president of the journal in his second year.[35] During his summers, he returned to Chicago, where he worked as a summer associate at the law firms of Sidley & Austin in 1989 and Hopkins & Sutter in 1990.[36] After graduating with a Juris Doctor (J.D.) magna cum laude[37][38] from Harvard in 1991, he returned to Chicago.[34] Obama's election as the first black president of the Harvard Law Review gained national media attention[35] and led to a publishing contract and advance for a book about race relations,[39] though it evolved into a personal memoir. The manuscript was published in mid-1995 as Dreams from My Father.[39]

From April to October 1992, Obama directed Illinois's Project Vote, a voter registration drive with a staff of ten and 700 volunteers; it achieved its goal of registering 150,000 of 400,000 unregistered African Americans in the state, and led to Crain's Chicago Business naming Obama to its 1993 list of "40 under Forty" powers to be.[40][41]

For twelve years, Obama served as a professor of constitutional law at the University of Chicago Law School; as a Lecturer from 1992 to 1996, and as a Senior Lecturer from 1996 to 2004.[42] In 1993 he joined Davis, Miner, Barnhill & Galland, a twelve-attorney law firm specializing in civil rights litigation and neighborhood economic development, where he was an associate for three years from 1993 to 1996, then of counsel from 1996 to 2004, with his law license becoming inactive in 2002.[43]

Obama was a founding member of the board of directors of Public Allies in 1992, resigning before his wife, Michelle, became the founding executive director of Public Allies Chicago in early 1993.[27][44] He served from 1994 to 2002 on the board of directors of the Woods Fund of Chicago, which in 1985 had been the first foundation to fund the Developing Communities Project, and also from 1994 to 2002 on the board of directors of the Joyce Foundation.[27] Obama served on the board of directors of the Chicago Annenberg Challenge from 1995 to 2002, as founding president and chairman of the board of directors from 1995 to 1999.[27] He also served on the board of directors of the Chicago Lawyers' Committee for Civil Rights Under Law, the Center for Neighborhood Technology, and the Lugenia Burns Hope Center.[27]

Political career: 1996–2008

State legislator: 1997–2004

Obama was elected to the Illinois Senate in 1996, succeeding State Senator Alice Palmer as Senator from Illinois's 13th District, which at that time spanned Chicago South Side neighborhoods from Hyde Park-Kenwood south to South Shore and west to Chicago Lawn.[45] Once elected, Obama gained bipartisan support for legislation reforming ethics and health care laws.[46] He sponsored a law increasing tax credits for low-income workers, negotiated welfare reform, and promoted increased subsidies for childcare.[47] In 2001, as co-chairman of the bipartisan Joint Committee on Administrative Rules, Obama supported Republican Governor Ryan's payday loan regulations and predatory mortgage lending regulations aimed at averting home foreclosures.[48]

Obama was reelected to the Illinois Senate in 1998, defeating Republican Yesse Yehudah in the general election, and was reelected again in 2002.[49] In 2000, he lost a Democratic primary run for the U.S. House of Representatives to four-term incumbent Bobby Rush by a margin of two to one.[50][51]

In January 2003, Obama became chairman of the Illinois Senate's Health and Human Services Committee when Democrats, after a decade in the minority, regained a majority.[52] He sponsored and led unanimous, bipartisan passage of legislation to monitor racial profiling by requiring police to record the race of drivers they detained, and legislation making Illinois the first state to mandate videotaping of homicide interrogations.[47][53] During his 2004 general election campaign for U.S. Senate, police representatives credited Obama for his active engagement with police organizations in enacting death penalty reforms.[54] Obama resigned from the Illinois Senate in November 2004 following his election to the U.S. Senate.[55]

2004 U.S. Senate campaign

In May 2002, Obama commissioned a poll to assess his prospects in a 2004 U.S. Senate race; he created a campaign committee, began raising funds and lined up political media consultant David Axelrod by August 2002, and formally announced his candidacy in January 2003.[56] Decisions by Republican incumbent Peter Fitzgerald and his Democratic predecessor Carol Moseley Braun not to contest the race launched wide-open Democratic and Republican primary contests involving fifteen candidates.[57] Obama's candidacy was boosted by Axelrod's advertising campaign featuring images of the late Chicago Mayor Harold Washington and an endorsement by the daughter of the late Paul Simon, former U.S. Senator for Illinois.[58] In the March 2004 primary election, Obama won an unexpected landslide victory with 53% of the vote in a seven-candidate field, 29% ahead of his nearest Democratic rival, which overnight made him a rising star in the national Democratic Party and started speculation about a presidential future.[59][60]

In July 2004, Obama wrote and delivered the keynote address at the 2004 Democratic National Convention in Boston, Massachusetts.[61] Though it was not televised by the three major broadcast news networks, a combined 9.1 million viewers saw Obama's speech, which was a highlight of the convention and elevated his status as a star in the Democratic Party.[62]

Obama's expected opponent in the general election, Republican primary winner Jack Ryan, withdrew from the race in June 2004.[63] Two months later, Alan Keyes accepted the Illinois Republican Party's nomination to replace Ryan.[64] A long-time resident of Maryland, Keyes established legal residency in Illinois with the nomination.[65] In the November 2004 general election, Obama received 70% of the vote to Keyes' 27%, the largest victory margin for a statewide race in Illinois history.[66][67]

U.S. Senator: 2005–2008

Obama was sworn in as a senator on January 4, 2005.[68] Obama was the fifth African American Senator in U.S. history and the third to have been popularly elected.[69] He was the only Senate member of the Congressional Black Caucus.[70] CQ Weekly, a nonpartisan publication, characterized him as a "loyal Democrat" based on analysis of all Senate votes in 2005–2007. The National Journal ranked him as the "most liberal" senator based on an assessment of selected votes during 2007; in 2005 he was ranked sixteenth most liberal, and in 2006 he was ranked tenth.[71][72] In 2008, Congress.org ranked him as the eleventh most powerful Senator,[73] and the politician who was the most popular in the Senate, enjoying 72% approval in Illinois.[74] Obama announced on November 13, 2008 that he would resign his senate seat on November 16, 2008, before the start of the lame-duck session, to focus on his transition period for the presidency.[75][76] This enabled him to avoid the conflict of dual roles as President-elect and Senator in the lame duck session of Congress, which no sitting member of Congress had faced since Warren Harding.[77]

Legislation

Senate bill sponsors Tom Coburn (R-OK) and Obama discussing the Coburn–Obama Transparency Act.[78]

Obama voted in favor of the Energy Policy Act of 2005 and cosponsored the Secure America and Orderly Immigration Act.[79] In September 2006, Obama supported a related bill, the Secure Fence Act.[80] Obama introduced two initiatives bearing his name: Lugar–Obama, which expanded the Nunn–Lugar cooperative threat reduction concept to conventional weapons,[81] and the Coburn–Obama Transparency Act, which authorized the establishment of USAspending.gov, a web search engine on federal spending.[82] On June 3, 2008, Senator Obama, along with Senators Thomas R. Carper, Tom Coburn, and John McCain, introduced follow-up legislation: Strengthening Transparency and Accountability in Federal Spending Act of 2008.[83]

Obama and U.S. Sen. Richard Lugar (R-IN) visit a Russian mobile launch missile dismantling facility in August 2005.[84]

Obama sponsored legislation that would have required nuclear plant owners to notify state and local authorities of radioactive leaks, but the bill failed to pass in the full Senate after being heavily modified in committee.[85] Obama is not hostile to tort reform and voted for the Class Action Fairness Act of 2005 and the FISA Amendments Act of 2008 which grants immunity from civil liability to telecommunications companies complicit with NSA warrantless wiretapping operations.[86]

In December 2006, President Bush signed into law the Democratic Republic of the Congo Relief, Security, and Democracy Promotion Act, marking the first federal legislation to be enacted with Obama as its primary sponsor.[87] In January 2007, Obama and Senator Feingold introduced a corporate jet provision to the Honest Leadership and Open Government Act, which was signed into law in September 2007.[88] Obama also introduced Deceptive Practices and Voter Intimidation Prevention Act, a bill to criminalize deceptive practices in federal elections[89] and the Iraq War De-Escalation Act of 2007,[90] neither of which has been signed into law.

Later in 2007, Obama sponsored an amendment to the Defense Authorization Act adding safeguards for personality disorder military discharges.[91] This amendment passed the full Senate in the spring of 2008.[92] He sponsored the Iran Sanctions Enabling Act supporting divestment of state pension funds from Iran's oil and gas industry, which has not passed committee, and co-sponsored legislation to reduce risks of nuclear terrorism.[93][94] Obama also sponsored a Senate amendment to the State Children's Health Insurance Program providing one year of job protection for family members caring for soldiers with combat-related injuries.[95]

Committees

Obama held assignments on the Senate Committees for Foreign Relations, Environment and Public Works and Veterans' Affairs through December 2006.[96] In January 2007, he left the Environment and Public Works committee and took additional assignments with Health, Education, Labor and Pensions and Homeland Security and Governmental Affairs.[97] He also became Chairman of the Senate's subcommittee on European Affairs.[98] As a member of the Senate Foreign Relations Committee, Obama made official trips to Eastern Europe, the Middle East, Central Asia and Africa. He met with Mahmoud Abbas before he became President of the Palestinian Authority, and gave a speech at the University of Nairobi condemning corruption in the Kenyan government.[99][100][101][102]

2008 presidential campaign

Obama stands on stage with his wife and two daughters just before announcing his presidential candidacy in Springfield, Illinois, Feb. 10, 2007.

On February 10, 2007, Obama announced his candidacy for President of the United States in front of the Old State Capitol building in Springfield, Illinois.[103][104][105] The choice of the announcement site was symbolic because it was also where Abraham Lincoln delivered his historic "House Divided" speech in 1858.[105] Throughout the campaign, Obama emphasized the issues of rapidly ending the Iraq War, increasing energy independence and providing universal health care.[106]

A large number of candidates entered the Democratic Party presidential primaries. The field narrowed to a duel between Obama and Senator Hillary Rodham Clinton after early contests, with the race remaining close throughout the primary process but with Obama gaining a steady lead in pledged delegates due to better long-range planning, superior fundraising, dominant organizing in caucus states, and better exploitation of delegate allocation rules.[107][108] On June 3, with all states counted, Obama was named the presumptive nominee[109][110] and delivered a victory speech in St. Paul, Minnesota. Clinton ended her campaign and endorsed him on June 7.[111]

Obama meets with 43rd President George W. Bush in the Oval Office on November 10, 2008.

Obama proceeded to focus on the general election campaign against Senator John McCain, the presumptive Republican nominee, in the lead up to the Democratic National Convention. He announced on August 23, 2008, that he had selected Delaware Senator Joe Biden as his vice presidential running mate.[112] At the convention, held August 25 to August 28 in Denver, Colorado, Hillary Clinton called for her delegates and supporters to endorse Obama, and she and Bill Clinton gave convention speeches in support of Obama.[113][114] Obama delivered his acceptance speech to over 75,000 supporters and presented his policy goals; the speech was viewed by over 38 million people worldwide.[115][116]

During both the primary process and the general election, Obama's campaign set numerous fundraising records, particularly in the quantity of small donations.[117][118][119] On June 19, 2008, Obama became the first major-party presidential candidate to turn down public financing in the general election since the system was created in 1976.[120]

After McCain was nominated as the Republican candidate, three presidential debates were held between the contenders spanning September and October 2008.[121][122] In November, Obama won the presidency with 52.9% of the popular vote to McCain's 45.7%,[123] and 365 electoral votes to 173,[124][125] to become the first African American[126] to be elected president. Obama delivered his victory speech before thousands of supporters in Chicago's Grant Park.[127]

Presidency

Presidental styles of
Barack Obama
Reference style The Hon. Barack Obama, President of the United States of America
Spoken style President Obama
Alternative style Mr. President

The inauguration of Barack Obama as the 44th president, and Joe Biden as vice president, took place on January 20, 2009. In his first few days in office Obama issued executive orders and presidential memoranda reversing President Bush's ban on federal funding to foreign establishments that allow abortions (known as the Mexico City Policy and referred to by critics as the "Global Gag Rule"),[128] changed procedures to promote disclosure under the Freedom of Information Act,[129] directed the U.S. military to develop plans to withdraw troops from Iraq,[130] and reduced the secrecy given to presidential records.[131] He also issued orders closing Guantanamo Bay detention camp "as soon as practicable and no later than" January 2010.[132]

The first 100 days of Barack Obama's presidency included his signing into law a $787 billion economic stimulus package on February 17, 2009, aimed at helping the economy recover from the deepening recession. The bill included increased federal spending for health care, infrastructure, education, various tax breaks and incentives, and direct assistance to individuals.[133][134] Although Obama made a high-profile visit to Capitol Hill to engage with Congressional Republicans, the bill ultimately passed largely on a party-line vote.[135]

On February 18, 2009 he announced that the U.S. troop strength in Afghanistan would be boosted by 17,000. In the announcement, Obama asserted that the increase was necessary to stabilize a deteriorating situation in Afghanistan, which has not received the strategic attention, direction and resources it urgently requires. [136] On February 27, 2009, Obama declared that combat operations would end in Iraq within 18 months. Obama stated in his remarks to Marines who were about to deploy to Afghanistan, "Let me say this as plainly as I can: By August 31, 2010, our combat mission in Iraq will end." [137]

Political positions

A method that some political scientists use for gauging ideology is to compare the annual ratings by the Americans for Democratic Action (ADA) with the ratings by the American Conservative Union (ACU).[138] Based on his years in Congress, Obama has a lifetime average conservative rating of 7.67% from the ACU[139] and a lifetime average liberal rating of 90% from the ADA.[140]

Obama campaigning in Abington, Pennsylvania, October 2008

In economic affairs, in April 2005, he defended the New Deal social welfare policies of Franklin D. Roosevelt and opposed Republican proposals to establish private accounts for Social Security.[141] In the aftermath of Hurricane Katrina, Obama spoke out against government indifference to growing economic class divisions, calling on both political parties to take action to restore the social safety net for the poor.[142] Shortly before announcing his presidential campaign, Obama said he supports universal health care in the United States.[143] He has proposed rewarding teachers for performance from traditional merit pay systems, assuring unions that changes would be pursued through the collective bargaining process.[144]

On taxation, his plan would eliminate taxes for senior citizens with incomes of less than $50,000 a year, raise income taxes for those making over $250,000, raise the capital gains and dividends taxes,[145] close corporate tax loopholes, lift the income cap on Social Security taxes, restrict offshore tax havens, and simplify filing of income tax returns by pre-filling wage and bank information already collected by the IRS.[146] In September 2007, he blamed special interests for distorting the U.S. tax code.[147]

Barack Obama giving a speech at the University of Southern California in support of a proposition to fund alternative energy research

For environment, Obama proposed a cap and trade auction system to restrict carbon emissions and a ten year program of investments in new energy sources to reduce U.S. dependence on imported oil.[148] Obama proposed that all pollution credits must be auctioned, with no grandfathering of credits for oil and gas companies, and the spending of the revenue obtained on energy development and economic transition costs.[149]

In foreign affairs, Obama was an early opponent of the George W. Bush administration's policies on Iraq.[150] On October 2, 2002, the day President Bush and Congress agreed on the joint resolution authorizing the Iraq War,[151] Obama addressed the first high-profile Chicago anti-Iraq War rally,[152] and spoke out against the war.[153][154] He addressed another anti-war rally in March 2003 and told the crowd that "it's not too late" to stop the war.[155][156]

Although Obama had previously said he wanted all U.S. troops out of Iraq within 16 months of becoming president, after he won the primary, he said he might change or refine plans as further developments unfold.[157] In November 2006, he called for a "phased redeployment of U.S. troops from Iraq" and an opening of diplomatic dialogue with Syria and Iran.[158] In a March 2007 speech to AIPAC, a pro-Israel lobby, he said that the primary way to prevent Iran from developing nuclear weapons is through talks and diplomacy, although he did not rule out military action.[159] Obama has indicated that he would engage in "direct presidential diplomacy" with Iran without preconditions.[160][161][162] In August 2007, Obama remarked that "it was a terrible mistake to fail to act" against a 2005 meeting of al-Qaeda leaders that U.S. intelligence had confirmed to be taking place in Pakistan's Federally Administered Tribal Areas. He said that as president, he would not miss a similar opportunity, even without the support of the Pakistani government.[163]

Obama stated that if elected he would enact budget cuts in the range of tens of billions of dollars, stop investing in "unproven" missile defense systems, not weaponize space, "slow development of Future Combat Systems", and work towards eliminating all nuclear weapons. Obama favors ending development of new nuclear weapons, reducing the current U.S. nuclear stockpile, enacting a global ban on production of fissile material, and seeking negotiations with Russia in order to make it less necessary to have intercontinental ballistic missiles on high-alert status.[164]

Obama has called for more assertive action to oppose genocide in the Darfur region of Sudan.[165] He has divested $180,000 in personal holdings of Sudan-related stock, and has urged divestment from companies doing business in Iran.[166] In the July–August 2007 issue of Foreign Affairs, Obama called for an outward looking post-Iraq War foreign policy and, in his view, the renewal of American military, diplomatic, and moral leadership in the world. Saying that "we can neither retreat from the world nor try to bully it into submission", he called on Americans to "lead the world, by deed and by example".[167]

Family and personal life

Barack Obama with his wife, Michelle Obama

In a 2006 interview, Obama highlighted the diversity of his extended family: "It's like a little mini-United Nations," he said. "I've got relatives who look like Bernie Mac, and I've got relatives who look like Margaret Thatcher."[168] Obama has seven half-siblings from his Kenyan father's family, six of them living, and a half-sister with whom he was raised, Maya Soetoro-Ng, the daughter of his mother and her Indonesian second husband.[169] Obama's mother was survived by her Kansas-born mother, Madelyn Dunham[170] until her death on November 2, 2008[171] just two days before his election to the Presidency. In Dreams from My Father, Obama ties his mother's family history to possible Native American ancestors and distant relatives of Jefferson Davis, President of the Confederate States of America during the American Civil War.[172] Obama's great-uncle served in the 89th Division that overran Ohrdruf,[173] the first Nazi camp liberated by U.S. troops during World War II.[174]

Obama was known as "Barry" in his youth, but asked to be addressed with his given name during his college years.[175] Besides his native English, Obama speaks Indonesian at the conversational level, which he learned during his four childhood years in Jakarta.[176][177] He plays basketball, a sport he participated in as a member of his high school's varsity team.[178]

Obama playing basketball with U.S. military at Camp Lemonier, Djibouti in 2006[179]

In June 1989, Obama met Michelle Robinson when he was employed as a summer associate at the Chicago law firm of Sidley Austin.[180] Assigned for three months as Obama's adviser at the firm, Robinson joined him at group social functions, but declined his initial requests to date.[181] They began dating later that summer, became engaged in 1991, and were married on October 3, 1992.[182] The couple's first daughter, Malia Ann, was born in 1998,[183] followed by a second daughter, Natasha ("Sasha"), in 2001.[184] The Obama daughters attended the private University of Chicago Laboratory Schools. When they moved to Washington, D.C., in January 2009, the girls started at the private Sidwell Friends School.[185]

Applying the proceeds of a book deal, the family moved in 2005 from a Hyde Park, Chicago condominium to a $1.6 million house in neighboring Kenwood, Chicago.[186] The purchase of an adjacent lot and sale of part of it to Obama by the wife of developer, campaign donor and friend Tony Rezko attracted media attention because of Rezko's subsequent indictment and conviction on political corruption charges that were unrelated to Obama.[187][188]

In December 2007, Money magazine estimated the Obama family's net worth at $1.3 million.[189] Their 2007 tax return showed a household income of $4.2 million—up from about $1 million in 2006 and $1.6 million in 2005—mostly from sales of his books.[190]

Obama is a Christian whose religious views developed in his adult life. In The Audacity of Hope, Obama writes that he "was not raised in a religious household". He describes his mother, raised by non-religious parents (whom Obama has specified elsewhere as "non-practicing Methodists and Baptists") to be detached from religion, yet "in many ways the most spiritually awakened person that I have ever known". He describes his father as "raised a Muslim", but a "confirmed atheist" by the time his parents met, and his stepfather as "a man who saw religion as not particularly useful". Obama explained how, through working with black churches as a community organizer while in his twenties, he came to understand "the power of the African-American religious tradition to spur social change".[191][192] He was baptized at the Trinity United Church of Christ in 1988 and was an active member there for two decades.[193][194] Obama resigned from Trinity during the Presidential campaign after controversial statements made by Rev. Jeremiah Wright became public.[195]

Obama has tried to quit smoking several times,[196] and said he will not smoke in the White House.[196]

Cultural and political image

43rd President George W. Bush invited then-President-Elect Barack Obama and former Presidents George H. W. Bush, Bill Clinton, and Jimmy Carter to a meeting in the Oval Office on January 7, 2009.

Obama's family history, early life and upbringing, and Ivy League education differ markedly from those of African-American politicians who launched their careers in the 1960s through participation in the civil rights movement.[197] Expressing puzzlement over questions about whether he is "black enough", Obama told an August 2007 meeting of the National Association of Black Journalists that "we're still locked in this notion that if you appeal to white folks then there must be something wrong."[198] Obama acknowledged his youthful image in an October 2007 campaign speech, saying: "I wouldn't be here if, time and again, the torch had not been passed to a new generation."[199]

Weekly Address (2009-01-24).ogv
Obama presents his first weekly address as President of the United States, discussing the American Recovery and Reinvestment Act of 2009.

Obama is frequently referred to as an exceptional orator.[200][201][202] During his pre-inauguration transition period and continuing into his presidency, Obama has delivered a series of weekly Internet video addresses [203] similar to Franklin D. Roosevelt's famous fireside chats to explain his policies and actions.[204]

According to the Gallup Daily Poll, during his first 100 days in office as president, Obama received approval ratings in the mid-60s, ranging from 59% to 69%. He concluded his first 100 days with a 65% approval rating.[205]

Obama's international appeal has been described as a defining factor for his public image.[206] Polls show strong support for Obama in other countries,[207] and he has met with prominent foreign figures including then-British Prime Minister Tony Blair,[208] Italy's Democratic Party leader and then Mayor of Rome Walter Veltroni,[209] and French President Nicolas Sarkozy.[210]

According to a May 2009 poll conducted by Harris Interactive for France 24 and the International Herald Tribune, Obama was rated as the most popular world leader, as well as the one figure most people would pin their hopes on for pulling the world out of this economic downturn.[211]

Obama won Best Spoken Word Album Grammy Awards for abridged audiobook versions of Dreams from My Father in February 2006 and for The Audacity of Hope in February 2008.[212] His "Yes We Can" speech, which artists independently set to music, was viewed by 10 million people on YouTube in the first month,[213] and received an Emmy Award.[214] In December 2008, Time magazine named Barack Obama as its Person of the Year for his historic candidacy and election, which it described as "the steady march of seemingly impossible accomplishments".[215]